Sabtu, 21 Juni 2014

mitologi pohon sakaki dan jurus2 mata saringan

Salam hangat buat sobat pembaca "manambah wawasan"

Kali nii aku mw nanya nii.
Bagi penggemar film naruto pasti tw donk tentang ke kuatan n jurus2 mata saringgan dari clan uciha., yuppzz tepat sekali jurus2 tersbut yaitu izanagi,izanami,amaterasu,tsukoyumi, dan susano,tpi tw kah kalian leegenda dari nama2 jurus saringan dri clan uciha dlam film naruto tersebut. ?
Pasti blum bnyak yg tw kan. .!
Ea da lngsung ja yuk kita bahas
.
Di agama Shinto di Jepang, alam merupakan
sesuatu yang disucikan. Untuk dapat
berhubungan dengan alam artinya dapat berdekatan dengan Tuhan. Objek alam dipuja
sebagai roh suci (disebut kami).

Terutama pohon Sakaki atau memiliki bahasa latin Cleyera
japonica ini.
Pohon sakaki adalah pohon rimbun dengan daun hijau yang ditemukan di dalam mitologi, literatur dan ritual sakral di Jepang.

Saat musim semi, pohon Sakaki mengeluarkan wewangian dengan bunga putih yang berguguran diikuti dengan munculnya buah berbentuk kecil merah tua. Pohon ini tumbuh di bagian bersuhu hangat di Jepang, Korea maupun Cina.
Kojiki (kitab kuno) adalah catatan yang sangat bernilai bagi agama Shinto dan diperkirakan berasal dari abad ke-8.
Berdasarkan tulisan dan referensi lain dari mitologi Jepang, pohon Sakaki memiliki peran
yang signifikan di kisah penciptaan Jepang.
Pada jaman dahulu hidup pasangan suci bernama Izanagi dan Isanami yang membuat pulau Jepang dan anak-anak mereka menjadi dewa-dewa di berbagai klan orang Jepang.
Anak perempuan mereka, Amaterasu (Dewi yang bersinar nan agung) lahir dari mata kiri sang ayah yang akhirnya menjadi Dewi Matahari. Dari
dewi inilah para keluarga kekaisaran Jepang mengakui mereka berasal.
Saudara laki-lakinya Susanoo, dewa badai diberi tugas untuk memimpin lautan, namun sebelum pergi Susanoo menghancurkan sawah-sawah dan menyebabkan tempat tinggal Amaterasu porak poranda.
Karena merasa kesal dan marah, Amaterasu akhirnya pergi ke suatu goa dan menutup diri.
Hal ini menyebabkan dunia menjadi gelap gulita.
Untuk memancing Amaterasu keluar dari persembunyiannya, para dewa akhirnya membawa pohon Sakaki bercabang 500 dari Gunung Kaga di surga untuk diletakkan di depan
pintu goa yang ditinggali Amaterasu.
Di bagian atas cabang pohon Sakaki dipasang
500 permata, dibagian tengah diletakkan cermin dengan tinggi delapan kaki dan di bagian bawah
pohon di letakkan berbagai persembahan.
Para dewa kemudian membuat kegaduhan dan bersenang-senang di luar goa. Amaterasu merasa penasaran mengapa para dewa masih
bisa bersuka cita padahal dunia sedang gelap gulita.
Dari luar para dewa mengatakan bahwa di sana
terdapat dewi yang lebih bersinar dari diri Amaterasu. Merasa sangat penasaran dengan pesaingnya Amaterasu pun keluar dan melihat
pantulan dirinya dari cermin yang terpasang di pohon sakaki.
Sebelum menyadari dirinya dijebak, para dewa melempar shimenawa atau tali suci dari jerami sebelum pintu goa tertutup.
Akhirnya dunia pun
kembali terang dan kehidupan terus berlanjut.
Amaterasu dipuja di Kuil Besae Ise yang
merupakan kuil utama di Jepang. Dewi ini
dimanifestasikan dalam cermin yang merupakan
salah satu dari tiga harta kekaisaran Jepang.
Sakaki sendiri di letakkan di shinno-mihashira
atau tempat pusat suci yang bertempat di atas
dan dikelilingi oleh bangunan kuil yang terbuat
dari kayu. Biasanya pohon sakaki dipasangi
cermin-cermin di kuil Shinto lainnya.
Pohon sakaki kerap kali dijadikan kiasan dalam
berbagai literatur dan karya-karya seni di
Jepang. Sakaki juga disebut dalam penggalan
tulisan kuno keagamaan yang menyebutkan
bahwa pohon ini mewakili kesetiaan dan
kestabilan selain itu juga mengekspresikan
keberadaan yang abadi dan kekuatan dewi di kuil
tersebut.
Berbagai upacara keagaaman Shinto
menggunakan pohon Sakaki dalam ritualnya.
Dalam upacara pita suci yang disebut gohei,
menggantung tali jerami suci atau ranting dari
pohon suci sakaki digunakan untuk memanggil
keberadaan roh suci.
Gohei juga dikenal dengan sebutan Oho-nusa
atau persembahan suci dan tetap digunakan
dalam berbagai upacara keagamaan penting di
Jepang.
Oho-nusa memakai dua tongkat yang dikaitkan
berdampingan dan disambung dengan jerami dan
beberapa potongan kertas. Satu tongkat tersebut
dibuat dari kayu pohon sakaki dan yang lainnya
dari bambu.
Selain itu, simbol pemujaan di wilayah Izumo
yang melibatkan daun sakaki diikatkan di atas
spanduk-spanduk doa yang disebut nobori. Di
kuil Izumo terdapat banyak nobori yang
menghiasi wilayah kuil dengan warnanya yang
putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar